Napas Pelayanan dalam Kerja Pendampingan Pipit Purwadi

Penulis: Gusnita Linda (YMBM)

Pipit Purwadi merupakan seorang aktivis atau pekerja sosial yang bekerja di Yayasan Maha Bhoga Bali (YMBM). Terlahir di Salatiga, Jawa Tengah, Pipit Purwadi tumbuh dengan ketertarikan melakukan tugas-tugas pendampingan dan pelayanan kepada masyarakat yang terpinggirkan. Saat ini dia bekerja sebagai Staf Advokasi Pemberdayaan Masyarakat (Divisi Advokasi MBM) dengan tema besar pengentasan kemiskinan. Misinya adalah mendorong pemerintah desa menganggarkan pembiayaan tahunan untuk warga miskin, modal usaha, bahan makanan, pelatihan, dan lain sebagainya.

YMBM sendiri merupakan lembaga pelayanan (Diakonia) yang berada di bawah Sinode Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) sejak 1982. Selama ini YMBM tidak menyasar pendampingan dalam bidang pariwisata karena desa yang sudah terpapar pariwisata dianggap sudah maju. Namu YMBM sekarang mulai menyasar proyek kehutanan sosial di Desa-desa Bali Utara. Menjadikan hutan sebagai tempat wisata tanpa merusak dan mengganggu fungsinya.

Selama proses perjalanannya sebagai aktivis yang mendampingi masyarakat pedesaan, Pipit Purwadi tentu saja mengalami berbagai kendala dalam kerja-kerja pelayanannya. Seperti adanya kecurigaan terhadap pendatang, pandangan buruk kepada LSM, dan kondisi pemerintahan di Bali yang khas dengan pemerintahan negara dan adat yang membuatnya perlu banyak beradaptasi serta terus bersikap netral.

Pandemi Covid-19 sendiri membawa banyak perubahan dari kerja-kerja advokasi yang biasa dia lakukan. Perjumpaan langsung dengan masyarakat tidak lagi bisa dilakukan. Komunikasi dan perjumpaan kemudian beralih ke komunikasi online yang masih terasa canggung untuk dilakukan. Walaupun seiring berjalannya waktu, pertemuan dan pendampingan dengan masyarakat tetap bisa dilakukan dengan berbagai pembatasan dan protokol kesehatan yang ketat.

Merefleksikan tugas-tugas pelayanan yang dilakukannya, Pipit Purwadi menyatakan bahwa pengentasan kemiskinan itu seakan merupakan pekerjaan yang sia-sia dan sulit untuk dilihat hasilnya, tapi kalau tidak ada yang mengerjakan juga tidak akan ada perubahan. Tak ada cerita-cerita heroik maupun bombastis dari cerita yang dituturkan Pipit Purwadi. Namun ia selalu menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat yang termarginalkan. Ia tak berbicara atas nama dirinya, atau atas nama lembaga, tak juga atas narasi-narasi besar gerakan sosial yang seringkali bising serta meniadakan suara masyarakat itu sendiri. Ia memeluk masyarakat kecil di hatinya.

Judul Buku: DEMOKRASI DAN PANDEMI
Bunga Rampai Pengetahuan Masyarakat Sipil di Indonesia
Diterbitkan oleh: Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara
ISBN 978-623-98039-0-2
© 2021. Dipublikasikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional (CC-BY-NC-SA 4.0).

Buku ini terbit atas inisiatif dan kerja sama yang telah dilakukan beberapa organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam CIVICA.

Bagikan:

Responses