Memupuk Pertumbuhan Bersama dengan Program Ekonomi Lokal yang Inklusif

Penulis: Cecep Kodir Jaelani (PUPUK)

Nyaris tak ada yang lepas dari imbas pandemi Covid-19. Langsung atau tidak, besar atau kecil, luas maupun sempit, dampak pandemi menyusupi setiap ruang. Meski demikian, pandemi seolah menjadi kawah candradimuka yang menggembleng manusia agar tahan dalam kondisi yang serba sulit. Kondisi ini pun dialami oleh Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil (Pupuk). Proyeknya di beberapa tempat terpaksa harus dihentikan. Bukan semata-mata penerapan aturan akibat pandemi, melainkan lebih pada keselamatan para pekerjanya. Sisi kemanusiaan ini tak bisa ditolak. Jika proyek utama yang bernama LEDPro terhenti, lalu bagaimana dengan mitra maupun kelompok dampingannya?

Meski sempat mengkhawatirkan mitra maupun kelompok dampingannya, namun Pupuk boleh sedikit bernapas lega. Sebab, tak satu pun dari mereka yang kemudian pasrah. Berbagai usaha terus dilakukan, meski dampak pandemi membuat mereka kepayahan. Pupuk pun melakukan pantauan pada tujuh kelompok, yaitu Sacita Muda (Sumedang), RAJ Organik (Malang), RAMU (Banda Aceh), PETIK (Tegal), Yayasan Wisnu (Bali), dan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA, Nias). Masing-masing menggambarkan kondisi pandemi di wilayahnya.

Sucita Muda harus kehilangan sasaran bisnisnya karena sistem perkuliahan mendadak beralih ke media daring. RAJ Organik tak bisa mendatangkan bahan baku dari luar daerah karena pemberlakukan pembatasan sosial. RAMU yang mengalami kendala sebelum pandemi, makin berlipat bebannya. PETIK yang kehilangan sumber pendapatan karena pemerintah di wilayah mengalihkan pendanaan untuk penanganan kasus Covid-19. Wisnu mengalami penurunan omset yang signifikan. PKPA yang semakin sulit mengedukasi orang tua dalam urusan ekonomi makin sulit ketika pandemi.

Dari kondisi itu, lalu apa yang bisa dikerjakan? Kolaborasi adalah jawabannya. Bukan antarkelompok dampingan, melainkan menumbuhkan jejaring kolaborasi di wilayah masing-masing. Bagi, dalam membangun satu perusahaan yang berdaya saing dan maju, penting sekali membangun kerumunan dan lingkungan usaha yang mendukung. Dengan demikian, fokus intervensi Pupuk tidak hanya kepada pelaku, tetapi juga kondisi yang memengaruhi lingkungan usaha. Namun, tantangan yang ditemui tidak mudah, karena perlu dilakukan secara sabar dan terus-menerus. Di antaranya melalui pentahelix stakeholder forum. Pentahelix merupakan kerangka kerja dalam berkegiatan dan berkarya agar lebih maksimal dengan lima unsur, yang terdiri atas pemerintah (administration), masyarakat (society), bisnis/investor (business), peneliti (knowledge), dan media massa.

Judul Buku: DEMOKRASI DAN PANDEMI
Bunga Rampai Pengetahuan Masyarakat Sipil di Indonesia
Diterbitkan oleh: Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara
ISBN 978-623-98039-0-2
© 2021. Dipublikasikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional (CC-BY-NC-SA 4.0).

Buku ini terbit atas inisiatif dan kerja sama yang telah dilakukan beberapa organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam CIVICA.

Bagikan:

Responses