Merekam Solidaritas, Memperlebar Ruang Publik: Catatan tentang Video Dokumenter “Keragaman di Tengah Corona”
Penulis: Ihsan Ali-Fauzi (PUSAD Paramadina)
Pandemi Covid-19 justru memungkinkan solidaritas kemanusiaan lintas-iman terjadi. Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) bersama tim produksi Narasi merekam solidaritas itu dalam video dokumenter “Cerita Pandemi: Keragaman di Tengah Corona”. Kisah pertama mengangkat Warung Kerukunan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jakarta, kedua tentang kerja sama pengumpulan dan penyaluran donasi di Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), dan terakhir tentang komunitas Kristen di Maluku yang mendoakan seorang perawat muslim.
Karya ini bertujuan untuk mengajak pimpinan komunitas dan publik beraksi bersama meningkatkan solidaritas. Solidaritas merupakan upaya menanggung beban bersama, melampaui sekedar toleransi. Penulis berpendapat pandemic membuat solidaritas lintas-iman lebih mungkin terjadi ketimbang di tengah situasi biasa.
Video dokumenter ini juga ingin menyadarkan tingginya peran perempuan dalam pandemi Covid-19. Pertama, perempuan mendominasi jumlah pekerja kesehatan dan wajib didengarkan dalam penanganan Covid-19. Kedua, perempuan merupakan kelompok lebih menderita akibat dampak pandemi ketimbang laki-laki. Ketiga, pemimpin perempuan lebih berhasil dalam menangani krisis akibat Covid-19, seperti di Selandia Baru dan Jerman.
Salah satu video ini menonjolkan aktivisme seorang perempuan keturunan Tionghoa sebagai upaya untuk melawan stigma melalui disinformasi kepada minoritas Tionghoa. Film ini mengajak penonton “bertemu” dengan Liem Liliany Lontoh, aktivis FKUB Jakarta yang merupakan perempuan Tionghoa penganut Konghucu. Disinformasi akibat Covid-19 dikhawatirkan rentan menjadikan kelompok peranakan Tionghoa menjadi sasaran kekerasan seperti di beberapa negara lain. Indonesia sendiri sudah mencatat sejumlah kekerasan pada kelompok Tionghoa. Meski disinformasi bukan menjadi penyumbang tunggal kekerasan, kepanikan akibat disinformasi merupakan gejala permukaan dari prasangka-prasangka yang tertanam lebih dalam, yang berakar pada ketakutan kepada kelompok-kelompok lain.
Pengalaman PUSAD dan Narasi memproduksi video ini menunjukan tiga tantangan. Tantangan pertama adalah menemukan angle (sudut spesifik) berita, yang harus terkait dengan aktor-aktor agama dan Covid-19 di Indonesia, yang harus bisa dijadikan bahasa gambar berjalan. Jaringan PUSAD membantu tim narasi menemukan peristiwa dan tokoh yang diperlukan. Tantangan berikutnya adalah pengambilan gambar. Ini karena para reporter Narasi harus bekerja dari rumah. Sikap gotong royong narasumber, bantuan jaringan, dan teknologi wawancara jarak jauh membantu pengambilan gambar.
Video dokumenter ini pada akhirnya bertujuan memperluas ruang publik. Karya ini menjadi bahan diskusi di sejumlah komunitas FKUB, kemenag, pemuda, dan aktivis lintas-iman di Jakarta, Bandung, Bogor, Tasikmalaya, Semarang dsb. Sejumlah penonton berpendapat fenomena solidaritas antar-iman juga terjadi di sekitar mereka dan mereka diajak untuk merekam. Selain sebagai partisipasi aktif dalam demokrasi, menyebarkan kabar baik dapat meningkatkan kepercayaan pada media.
Judul Buku: DEMOKRASI DAN PANDEMI
Bunga Rampai Pengetahuan Masyarakat Sipil di Indonesia
Diterbitkan oleh: Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara
ISBN 978-623-98039-0-2
© 2021. Dipublikasikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional (CC-BY-NC-SA 4.0).
Buku ini terbit atas inisiatif dan kerja sama yang telah dilakukan beberapa organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam CIVICA.
Responses