Meliput COVID-19, Menjaga Demokrasi
Penulis: Prodita Sabarini (The Conversation)
Laporan dari Wuhan mengenai virus menyerupai pneumonia mulai menjadi perbincangan dalam rapat redaksi The Conversation Indonesia (TCID) pada minggu kedua Januari 2020. TCID merupakan media yang menyajikan jurnalisme berbasis sains melalui kolaborasi antara jurnalis dan akademisi. Seminggu kemudian, artikel berjudul “Mengenal pneumonia Wuhan, wabah penyakit baru dari Cina” terbit di TCID.
Berbagai media di Indonesia cukup tanggap melaporkan perkembangan virus Covid-19. Katadata dan harian Kompas termasuk yang awal-awal melaporkan resiko penyebaran penyakit. Sayangnya, pemerintah Indonesia gagal memanfaatkan informasi dari media untuk bersiap menahan laju penularan virus. Alih-alih, pemerintah menunjukkan pendekatan antisains dengan gurauan yang meremehkan ancaman nyata pada kesehatan publik.
Hal itu mendorong para ilmuwan muda dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) menyampaikan kepada publik bahaya yang mengancam lewat The Conversation Indonesia. Epidemiolog Iqbal Elyazar dari Eijkman Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) mengangkat bahwa keterlambatan respons akan menyebabkan ledakan kasus. Ia juga menjelaskan konsep kurva epidemiologi ketika pemerintah mengklaim perlambatan kasus. Desakan kepada pemerintah untuk mendasarkan kebijakan pengendalian Covid-19 pada sains muncul di berbagai media massa seperti harian Kompas dan The Jakarta Post.
Bagi organisasi media, pandemi Covid-19 menambah deretan tantangan. Tantangan lain adalah menurunnya kualitas demokrasi Indonesia. Selain penangkapan orang yang dianggap melakukan ujaran kebencian atau disiniformasi, serangan digital dalam bentuk peretasan juga dialami oleh media-media yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Pada Agustus 2020, situs berita Tempo.co dan Tirto.id diretas.
Namun, dorongan publik untuk mencari informasi mengenai Covid-19 mendongkrak kunjungan media-media online. Pada Maret, jumlah pengunjung situs The Jakarta Post naik tiga kali lipat, pengunjung Tirto.id naik 100 persen pada bulan-bulan awal pandemi. The Conversation Indonesia juga mengalami lonjakan dan mengalami peningkatan rata-rata pengunjung bulanan sebesar 260% pada 2020 dibandingkan 2019.
Meski demikian, penjualan iklan yang menurun sebagai bagian dari imbas ekonomi pandemi memengaruhi kemampuan media untuk mempertahankan pekerja mereka. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat Kumparan, Jawa Pos, Tempo, dan The Jakarta Post melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para pekerjanya. Survei Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bersama International Federation of Journalists (IFJ) menemukan mayoritas (83,5%) pekerja media terdampak perekonomiannya akibat pandemi. Survei tersebut juga menemukan hanya 62,9% responden mengaku tidak dibekali alat pelindung diri (APD) dari perusahaan.
Tren tersebut berdampak pada kekuatan pers mengawasi jalannya pemerintahan dan memberikan analisis berkualitas. Akan tetapi, beberapa inisiatif kolaborasi antarmedia dan juga kolaborasi media dan akademisi serta masyarakat sipil bisa menjadi bagian dari solusi upaya mempertahankan kekuatan pers. Contohnya, proyek pengecekan fakta kolaboratif cekfakta.com antara 24 media, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), AJI, dan Asosiasi Media Siber Indonesia. Hingga Februari 2021, cekfakta.com telah memeriksa dan menandai ribuan pesan media sosial sebagai berita salah. Terdapat pula kolaborasi antara Katadata bersama Kawal Covid-19. Sementara, jurnalis The Conversation Indonesia berkolaborasi dengan akademisi menerbitkan analisis berbasis riset. Khusus isu Covid-19, TCID bekerja sama bersama Eijkman Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) dan Lapor Covid-19 untuk melacak pertambahan tingkat kematian di kota-kota besar di Indonesia kematian selama pandemi Covid-19.
Judul Buku: DEMOKRASI DAN PANDEMI
Bunga Rampai Pengetahuan Masyarakat Sipil di Indonesia
Diterbitkan oleh: Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara
ISBN 978-623-98039-0-2
© 2021. Dipublikasikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional (CC-BY-NC-SA 4.0).
Buku ini terbit atas inisiatif dan kerja sama yang telah dilakukan beberapa organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam CIVICA.
Responses