Agroforestri, Kunci Budidaya Kayu Manis yang Ramah Lingkungan

Kerinci – Perkumpulan Desa Lestari bersama Seksi Pengelola Tanaman Nasional (SPTN) I Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) mengadakan sekolah lapang. Kegiatan ini ditujukan kepada empat Kelompok Tani Hutan (KTH) di empat desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNKS, yaitu Desa Lempur Mudik, Desa Manjuto, Desa Pungut Mudik, dan Desa Girimulyo selama satu minggu (21-28/8).

Kegiatan sekolah lapang kali ini berfokus pada pembuatan demplot uji coba pemanenan kayu manis yang ramah lingkungan. Tujuannya untuk menghambat laju perambahan hutan di kawasan sekitar TNKS. Sebelumnya Kepala SPTN I TNKS Nurhadi menyebutkan salah satu penyebab perambahan hutan semakin marak adalah pemanenan kayu manis yang tidak terkendali.

“Peladang menjadikan hutan sebagai lahan untuk menanam kayu manis hingga ke dalam kawasan TNKS. Masyarakat memang perlu diberi alternative untuk mengurangi laju perambahan. Sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus melakukan perambahan secara masif,” ucap Nurhadi.

Melihat kondisi tersebut, petani KTH diajari tentang penerapan prinsip Sustainable Agroforestry Practice (SAP) dan prinsip Good Handling Practice (GHP) dalam budidaya dan pasca panen kayu manis. Pada praktik agroforestri berkelanjutan, petani dapat melakukan tebang pilih dan budidaya kayu manis serta kopi dengan memperhatikan ekosistem hutan.

Sistem agroforestri berpeluang mengurangi tekanan terhadap tutupan lahan. Sistem tanam ini dinilai cocok untuk tanaman kayu manis karena dapat memberikan keuntungan, baik bagi masyarakat di lingkungan hutan maupun kelestarian hutan sendiri sehingga menciptakan sustainability.

Rusdi, salah satu petani dari Desa Pungut Mudik, menyebutkan pola agroforestri secara tidak langsung sudah diterapkan di kebun. Mayoritas masyarakat menerapkan pola ini untuk menanam tanaman berumur pendek seperti cabe dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rusdi mengaku pola agroforestri juga sudah diterapkan untuk membudidayakan kopi dan kayu manis sebagai kebutuhan jangka menengah tapi belum maksimal.

“Pola agroforestri yang diterapkan belum maksimal karena pola tanam belum teratur. Selain itu aksesibilitas lokasi kebun juga menjadi pertimbangan bagi petani untuk menanam beberapa jenis tanaman tertentu karena akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang terlalu mahal,” kata Rusdi.

Sistem panen kayu manis ramah lingkungan dan agroforestri yang efektif menjadi penting untuk diterapkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNKS. Pola ini memungkinkan kelestarian hutan seimbang dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sehingga tidak ada kepentingan yang timpang. (AR)

Bagikan:

Responses