Mengenang Kebersamaan dengan Stephanus Mulyadi

Pada bulan September 2020 dimana kondisi covid saat itu sedang meningkat, saya mendapatkan tugas besar oleh Yayasan Penabulu untuk berangkat di sebuah kabupaten terluas kedua di Kalimantan Barat yaitu Kapuas Hulu, sebelum berangkat saya minta kontak asli orang Kapuas Hulu yang kemudian diberikan kontak handphone pak Stephanus Mulyadi hingga akhirnya kami bertemu satu tempat dan berbincang – bincang lama sambari menikmati kopi malam dekat sungai Kapuas hulu. Kami merasa pernah kenal sebelumnya karena saat itu kami tertawa lepas dengan gaya pak steph yang selalu melontarkan kata sindiran ilmiah untuk teman dekatnya namun di bumbui nada bercanda yang saat itu saya menjadi pendengar setia sambil melengkapi obrolan – obrolan hingga larut malam.

Saya yang hanya sendiri tanpa sanak saudara di suatu kota dan pertama menginjakkan kaki di pulau borneo barat merasakan atmosfir kekeluargaan yang erat dimana kami berkumpul Bersama teman – teman CSO lain dan selalu pa steph hadir sebagai orang yang kami hormati di komunitas Kapuas hulu namun kami selalu tertawa dengan gaya beliau.

Untuk pertama kali pula saya minum tradisional khas Kalimantan yang biasa mereka sebut “Papah”. Menurut mereka yang sudah terbiasa minum efeknya biasa saja namun saya yang terpaksa minum lumayan punya efek ke kepala, tapi momen itu muncul slogan “demi kebersamaan, persahabatan, dan kekeluargaan” yang terngiang menjadi kata yang pengikat dan mempererat tali silaturahmi dimanapun kami berada hingga saat ini.

Disamping kesibukan pak steph pada Yayasan yang dipimpin beliau selalu menyempatkan waktu untuk selalu Bersama kami dalam Menyusun kegiatan yang akan  dilaksanakan, disetiap kami duduk Bersama selalu tertawa lepas dengan nada bercanda beliau yang menurut saya ilmiah, santun, tegas, dan kocak. Tapi saya terheran tepuk kepala sambil tertawa karena selalu ada botol berbintang atau minuman tradisional khas menjadi hidangan untuk melapas Lelah Ketika kami selesai melaksanakan acara, namun pak steph dan teman-teman disana menghargai Ketika saya harus memilih kopi hitam sambil melihat tertawa pa steph dan teman-teman menari diringi lagu Dayak.

Beliau yang tegas dan humoris hingga kami larut dengan candaannya, beliau adalah orang cerdas jebolan universitas di jerman yang cinta dengan kearifan lokal suku Dayak dan ahli memainkan alat musik tradisional salah satunya ‘sape’. Atas kecintaan beliau pada adat istiadat Dayak, beliau memiliki hobi membuat dokumentasi video pendek tentang adat Dayak pada channel youtubenya DAYAK DOKUMENTARY untuk menyebarluaskan informasi tentang adat dayak, yang menurut saya Dayak adalah salah satu suku di Indonesia yang indah, toleran, dan gotong royong.

Saya merasa hampir setiap waktu selalu ditemani beliau dan teman-teman Kapuas hulu dan saya menemukan keluarga baru di pulau Kalimantan, kehadiran pak steph selalu kami tunggu untuk mendapatkan wejangan dan pengetahuan beliau selama puluhan tahun menggeluti dunia CSO dan forum kopi kami terasa hidup dan semangat dengan hadirnya beliau diwaktu lelahnya kegiatan yang telah kami kerjakan. Kebersamaan kami tidak berjalan mulus, banyak perdebatan saat diskusi dalam proses pendewasaan berorganisasi dan selalu selesai tertawa saat angkat gelas bersulang demi kebersamaan, persahabatan, dan kekeluargaan.

Sudah setahun sejak kepulangan saya di kota kelahiran dan kami belum sempat berjumpa Kembali di meja minum namun kami selalu saling menyapa dan menanyakan kabar melalui chat grup yang selalui disisi chat beliau yang selalu aktif mengajak kami diskusi meski tidak bersama, namun malam ini kami harus menerima kabar duka atas kepulangan beliau kepada sang khalik. Selamat jalan pak Stephanus Mulyadi semoga engkau damai disana dan berada ditempat terbaik disisi-Nya.

“Perpisahan akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, menyapa, Bersama dalam canda dan tawa serta Bahagia. Disetiap air mata yang tertumpah hari ini akan menjadi saksi atas jalinan silaturahmi yang selama ini kita simpul seat-eratnya”. Lukman Hakim

Bagikan:

Responses