Maunya di RS Paru Sumatera Barat!!!
Sumatera Barat- Sudah empat tahun, Befri menyandang status pasien Drop Out (DO) Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO).
Pria 24 tahun itu didiagnosis penyakit itu pada tahun 2019 dan menjalani pengobatan di Rumah Sakit (RS) dr. M. Djamil Padang. Kala itu, ia tak melanjutkan pengobatan dan hanya mengkonsumsi obat selama satu bulan karena efek obat yang membuatnya sampai kejang-kejang setiap minum obat.
Selama empat tahun itu juga, sudah berulang kali pihak Puskesmas dan RS melakukan kunjungan untuk mengajak Befri kembali berobat, tetapi pria yang tinggal di Lubuk Buaya Kota Padang ini tetap tidak mau. Tidak hanya Befri yang menolak tetapi keluarganya juga melakukan penolakan karena tidak tega melihat kondisi Befri yang semakin parah.
Kesadaran Befri untuk melakukan pengobatan TBC RO kembali setelah melihat kakak iparnya yang melakukan pengobatan TBC RO di RS Paru Sumatera Barat dan dinyatakan sembuh pada bulan Agustus 2022.
Dari Kakak iparnya inilah Befri melihat bagaimana selama pengobatan didampingi oleh seorang Manajer Kasus (MK) TBC RO sebut saja namanya Ayie dan seorang Pasien Supporter (PS) dari Komunitas Penabulu STPI Sumatera Barat yang selalu melakukan kunjungan rumah dan menanyakan kendala yang dihadapi selama pengobatan dan mengingatkan jadwal kontrol ke RS.
Rasa ketertarikan Befri untuk pengobatan kembali semakin kuat. Befri mencoba berkomunikasi dengan Ayie melalui kakak iparnya tersebut. Setelah beberapa minggu, akhirnya Befri memutuskan untuk kembali minum obat TBC RO. Tapi, timbul masalah lagi, saat Ayie menyarankan Befri datang ke Puskesmas Lubuk Buaya untuk melakukan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) dahulu.
Saat Befri datang Ke Puskesmas Lubuk Buaya, Befri mendapat jawaban dari petugas puskesmas bahwa sesuai dengan kartu BPJS yang dimiliki Befri, secara otomatis RS Rujukan TBC RO adalah RS dr. M. Djamil Padang. Saat itu juga Befri menolak untuk dirujuk ke RS tersebut, karena pengalaman pengobatan sebelumnya yang membuat dia DO.
Befri menghubungi Ayie kembali dan mengatakan bahwa dia tidak mau berobat kembali kalau di RS dr. M. Djamil Padang dan maunya di RS Paru Sumatera Barat. Melihat semangat untuk pengobatan tersebut, Ayie merespon dengan memberi alternative kepada Befri untuk melakukan pemeriksaan di RS Paru tanpa kartu BPJS yang dalam artian pasien umum saja. Befri langsung menyetujui dan membuat jadwal ke RS Paru untuk pemeriksaan tersebut.
Pada tanggal 25 Oktober 2022 Ayie mendampingi Befri untuk melakukan pemeriksaan kembali untuk memulai pengobatan. Befri ditemani juga oleh kakak iparnya tersebut. Saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter, Ayie menyampaikan kepada Dokter yang memeriksa saat itu (dr. Yanda) bahwa Befri adalah Pasien DO TBC RO tahun 2019 dan mau melakukan pengobatan kembali. Dr. Yanda pun memberikan semangat kepada Befri. Dr. Yanda juga mengatakan bahwa Fasilitasi pasien TBC RO di manapun dia mau pengobatan.
“Berani memulai, berani juga untuk menyelesaikan”, itu yang Ayie sampaikan kepada Befri dan Befri dengan tegas menyanggupinya dan melakukan serangkaian pemeriksaan. Dan sore harinya hasil labor pun keluar dan Befri dinyatakan TBC RO. Dan pada tanggal 26 Oktober 2022, Befri memulai melakukan pengobatan awal (Baseline) di RS Paru. Befripun sangat senang dan yakin untuk memulai pengobatan.
Dalam pendekatan untuk pasien DO TBC RO, kontribusi Komunitas menunjukkan hasil bahwa pasien DO yang memiliki riwayat buruk pada pengobatan sebelumnya bisa kembali berobat dan lebih optimis untuk sembuh selagi di fasilitasi dimana mereka mau melakukan pengobatan sesuai ekspekstasi mereka berdasarkan keberhasilan dari fasilitas kesehatan yang telah mereka lihat sendiri, seperti pada kisah Befri yang optimis akan kesembuhannya di RS Paru Sumatera Barat.
Responses