Narasi Pandemi di Ruang Publik Baru Asia Tenggara: Di Antara Kisah Kepahlawanan dan Kampanye Anti-China

Penulis: Ika Karlina Idris (Paramadina)

Masyarakat sipil (civil society) merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan, terlebih di negara-negara berkembang seperti di Asia Tenggara. Narasi dari masyarakat sipil ini menjadi penting dalam pembentukan demokrasi dan mengimbangi wacana dari penguasa terutama dalam ruang-ruang publik baru yang terbentuk dari perkembangan teknologi. Terkait dengan isu pandemi Covid-19, tulisan ini berupaya menangkap percakapan dalam ruang publik baru di Asia Tenggara, narasi utama apa yang digunakan untuk menceritakan pandemi Covid-19, siapa saja yang mendominasi percakapan, dan bagaimana kontribusi masyarakat sipil dalam pembangunan narasi di ruang publik baru ini. Tulisan ini membatasi cakupan ruang publik baru pada media digital, khususnya yang difasilitasi platform Facebook.

Data dalam tulisan ini diambil dengan menggunakan Crowdtangle—alat untuk merekam percakapan publik yang dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook. Data dikumpulkan selama kurun waktu 11 bulan (1 Februari-31 Desember, 2020). Dua kata kunci yang digunakan untuk mencari konten Facebook, yakni “covid” atau “corona”. Data diambil dari sembilan negara di Asia Tenggara khususnya yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nation (ASEAN). Hanya Myanmar yang tidak dianalisis karena kendala terjemahan bahasa.

Secara keseluruhan, hasil analisis di grafik 1 menunjukkan bahwa narasi dari pembuat konten (content creator) yang paling mendominasi, yakni sebanyak 39 dari 90 konten (43,33%). Selanjutnya, narasi paling banyak datang dari akun pemerintah (17 konten atau 18,89%), media massa (13 konten atau 14,44%), tokoh agama (9 konten atau 10%), dunia usaha/bisnis (8 konten atau 8,89%), dan terakhir dari masyarakat sipil (4 konten atau 4,44%). Tema-tema besar yang muncul adalah kepahlawanan, kebaikan hati, kemanusiaan, hiburan, menyalahkan orang lain, murka dan pengampunan Tuhan, virus sebagai kekuatan jahat yang mesti dibasmi, serta kampanye anti-China. Percakapan lain yang muncul adalah narasi mengenai perempuan dalam kaitannya dengan pandemi Covis-19.

Masyarakat sipil pernah menjadi penentu narasi dan penggerak masyarakat dalam melakukan perubahan, baik sosial maupun politik di kawasan Asia Tenggara. Narasi di masyarakat sipil cenderung melemah di saat negara cenderung menguat. Tenggelamnya narasi masyarakat ini bisa saja disebabkan oleh dominannya narasi pemerintah, media massa yang dikontrol pemerintah, ataupun pembuat konten yang erat bekerjasama dengan pemerintah. Hal ini yang perlu disadari oleh Organisasi Masyarakat Sipil dalam menyusun strategi advokasi dan kampanye komunikasi di media sosial.

Judul Buku: DEMOKRASI DAN PANDEMI
Bunga Rampai Pengetahuan Masyarakat Sipil di Indonesia
Diterbitkan oleh: Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara
ISBN 978-623-98039-0-2
© 2021. Dipublikasikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional (CC-BY-NC-SA 4.0).

Buku ini terbit atas inisiatif dan kerja sama yang telah dilakukan beberapa organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam CIVICA.

Bagikan:

Responses